Sebuah workshop pembelajaran berbasis teaching factory (Tefa) yang melibatkan sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) digelar pada 13-14 November 2024 di Aula Kampus 2 SMK Muhammadiyah 3 Dolopo. Acara ini menjadi ajang penting bagi berbagai sekolah untuk berbagi wawasan dan mengembangkan kompetensi praktis siswa, dengan SMK Muhammadiyah 3 Dolopo sebagai sekolah pengimbas utama.
Workshop tersebut dihadiri oleh perwakilan dari
beberapa sekolah jejaring, yaitu SMK Muhammadiyah 1 Ponorogo, SMK Muhammadiyah
1 Trenggalek, dan SMK NU Dolopo, serta sejumlah sekolah sahabat, yaitu SMK
Muhammadiyah 1 Sumoroto, SMK Muhammadiyah 2 Ponorogo, SMK Al Inabah Ponorogo,
dan SMK Muhammadiyah 1 Jenangan. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan
kapabilitas pengajaran berbasis industri dan menghubungkan pendidikan kejuruan
dengan praktik nyata di dunia usaha.
Hari Pertama: Pemaparan Pengalaman dari Praktisi dan Akademisi
Pada hari pertama, sesi diisi oleh Ely Kurnia, Kepala MPM Motor Ngawi, yang membawakan materi terkait proses kerja nyata di industri otomotif. Ely Kurnia mengupas bagaimana integrasi teaching factory dapat membantu siswa lebih memahami kebutuhan dunia kerja dan mengasah keterampilan mereka sejak dini. Peserta workshop diajak memahami model kerja di bengkel profesional, serta bagaimana kualitas pendidikan di SMK dapat disesuaikan dengan standar industri.
Selanjutnya, Untung Supriyadi, S.Pd.I, M.Pd, dari
SMK Muhammadiyah 1 Muntilan, memberikan wawasan terkait strategi pengelolaan teaching factory yang efektif dan
berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah dengan mitra
industri agar siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang relevan dan
mendukung kesiapan kerja.
Hari Kedua: Strategi Bisnis dan Pengembangan Teknologi
Pada hari kedua, workshop dilanjutkan dengan pemaparan dari A. Nurhasim Hamada, SE, CEO PT. Kekean Primanda Indonesia. Beliau menyampaikan pentingnya inovasi dalam pendidikan vokasional agar lulusan SMK mampu bersaing di pasar kerja yang dinamis. Hamada mengajak peserta untuk berpikir strategis dalam mengelola teaching factory agar memiliki nilai tambah dan menciptakan lulusan yang kreatif serta adaptif.
Materi penutup disampaikan oleh Agus Saleh Basuki,
Kepala Bengkel MPM Motor Madiun. Beliau memberikan gambaran teknis tentang
bagaimana pengelolaan bengkel modern dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga
standar operasional tinggi. Presentasi Agus menekankan pentingnya penerapan
disiplin kerja dan keterampilan teknis yang harus dikuasai oleh siswa SMK agar
mampu bersaing di dunia kerja.
Komitmen Membangun Pendidikan Vokasional Unggul
Workshop ini tidak hanya memberikan pemahaman baru kepada para peserta, tetapi juga menegaskan komitmen SMK Muhammadiyah 3 Dolopo dalam perannya sebagai sekolah pengimbas yang aktif mendorong pengembangan pendidikan vokasional di wilayah tersebut. Para peserta pulang dengan membawa semangat kolaborasi dan ide-ide segar untuk diterapkan di sekolah masing-masing, demi mencetak generasi terampil yang siap berkontribusi di dunia industri.
Dengan kegiatan semacam ini, SMK di wilayah Ponorogo
dan sekitarnya semakin menunjukkan bahwa kolaborasi antarsekolah dan industri
adalah kunci untuk memajukan pendidikan vokasional yang adaptif dan relevan
dengan kebutuhan pasar kerja modern.